Heboh Crosshijaber, Ini Fakta dan Penjelasannya
ISTILAH Crosshijaber baru-baru ini menghebohkan media sosial. Crosshijaber jadi fenomena setelah akun Twitter @lnfinityslut mengunggah thread tentang keberadaan komunitas tersebut. Crosshijaber ini bahkan memiliki komunitasnya di Facebook dan Instagram, bahkan ada hashtag-nya sendiri.
Sontak, fenomena Crosshijaber ini membuat publik penasaran. Nah, berikut ini beberapa penjelasan tentang Crosshijaber:
Apa itu Crosshijaber?
Crosshijaber merupakan istilah bagi pria yang berpenampilan seperti wanita muslim. Dia menggunakan hijab syar’i bahkan cadar. Para crosshijaber ini dianggap meresahkan karena mereka berani masuk ke tempat yang semestinya hanya dimasuki wanita, seperti toilet. Mereka bahkan tidak ragu berada di masjid dan menyusup ke bagian shaf shalat wanita.
Menilik dari sejarah, Crosshijaber merupakan bentuk lain dari crossdressing yang sudah ada sejak zaman dahulu. Pada umumnya pria lah yang menjadi pelaku crossdressing ini. Istilah crosshijaber ini juga diambil dari crossdressing, di mana pria mengenakan dress dan tampil dengan makeup.
Apakah Crosshijaber sama dengan transgender?
Perilaku yang juga dikenal dengan sebutan trasvestisisme ini sering kali dianggap sebagai suatu penyimpangan karena disalahpahami sebagai penyakit seksual. Namun, pada beberapa masa crossdressing merupakan bagian dari kebudayaan tertentu.
Istilah crossdressing ini tak sama dengan kondisi transgender. Seseorang yang melakukan crossdressing ini pun dapat memiliki tujuan beragam dari sebagai penyamaran hingga sebagai hiburan atau ekspresi diri.
Apa penyebab terjadinya Crossdressing?
Seperti dikutip dari Psychology Today, tidak ada penyebab khusus kenapa perilaku menyimpang ini terjadi.
Berdasarkan penelitian, crossdressing sebenarnya sudah dilakukan manusia sejak masa kanak-kanak. Ada kesenangan tersendiri saat anak-anak mencoba baju lawan jenisnya. Dan saat masa puber, kesenangan tersebut berubah menjadi kenikmatan seksual. Seiring pertambahan usia dan ketika perilaku mencoba baju lawan jenis ini terus diulangi dan dilakukan, keinginan untuk bertukar pakaian menjadi lebih kuat bahkan meskipun kenikmatan seksual yang dirasakan berkurang.
Menurut American Psychiatric Association, Seorang pria yang suka crosdressing dianggap mengidap gangguan trasvestis jika dia konsisten dan intens merasakan gairah seks dari berfantasi, atau akting memakai satu atau lebih busana yang pada umumnya dipakai lawan jenisnya. Fantasi atau perilaku ini terus terjadi setidaknya enam bulan dan menyebabkan rasa tertekan pada individu tersebut atau mengalami gangguan disfungsi sosial, profesional dan kesehariannya dengan orang-orang terdekatnya.
Apakah penyimpangan trasvestisisme bisa disembuhkan?
Pscyhology Today menyebutkan jika hanya suka crossdressing tidak selalu membutuhkan perawatan atau terapi.
Pelaku crossdressing terkadang direferensikan untuk terapi oleh orang lain, seperti orang tuanya atau pasangannya, bukan atas keinginannya sendiri. Kalaupun pelaku crossdressing mendatangi psikolog, hal itu karena mereka merasa depresi atau tertekan dengan keinginannya berdandan memakai baju lawan jenisnya itu.
Menurut Net Doctor, penelitian juga mengungkapkan sebagian besar pelaku crosdressing bukanlah homoseksual atau penyuka sesama jenis. Mereka tetap menjadi heteroseksual hanya saja memang suka memakai baju lawan jenisnya. [Berbagai Sumber]
Posting Komentar