Di Kaltim Ada Juga Akar Bajakah Penyembuh Kanker Payudara
Etnis Dayak di Pulau Kalimantan menyebut pohon ini dengan nama bajakah. Pohon bajakah tumbuh di seluruh hutan di Pulau Kalimantan (Kalteng, Kalbar, Kalsel, Kalut, dan Kaltim). Bajakah ternyata juga tumbuh di dalam hutan di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), kabupaten di Kaltim yang nantinya menjadi Ibu Kota Negara (IKN).
Nama bajakah sendiri mendadak menjadi perhatian setelah tiga siswa SMA 2 Negeri Palangkaraya (Kalteng), menjadi juara dunia setelah menyabet medali emas dalam olimpiade ilmiah di Seoul, Korea Selatan, Agustus lalu. Ketiga siswa ini mempresentasikan hasil penelitian mereka terhadap khasiat akar pohon bajakah. Menurut ketiga siswa sang juara, dari hasil uji lab, akar pohon bajakah mampu mengobati penyakit mematikan seperti kanker dan tumor.
Bajakah adalah tumbuhan yang jika dipotong, akarnya mengucurkan cairan seperti air. Akar tanaman bajakah sendiri sudah digunakan masyarakat etnis Dayak setempat sejak turun-temurun. Salah seorang dari mereka yang mengidap kanker payudara stadium empat telah mengungkapkan testimoninya setelah merasakan khasiat dari akar bajakah. Kanker payudaranya sembuh.
Dari Banjarmasin, Kalsel, Kepala Laboratorium Bio Kimia dan Molekuler dari Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat (FK ULM), Eko Suhartono, tak menyangka, saat ditawari meneliti kayu bajakah ada banyak kandungan senyawa antioksidan pada kayu bajakah yang bisa berfungsi melawan sel kanker. "Hasil penelitian di lab, yang jelas bajakah ini memiliki senyawa-senyawa yang bisa berperan sebagai antioksidan yang sekaligus bisa berperan sebagai anti kanker," ujarnya.
Provinsi Kalimantan Timur yang telah ditetapkan Presiden Joko Widodo sebagai Ibu Kota Negara (IKN), tentu harus mempersiapkan diri dari sekarang terhadap kemungkinan masyarakat penghuni IKN yang akan terimbas oleh budi daya pohon bajakah. Boleh jadi nantinya para pemburu pohon bajakah akan menimbulkan kerusakan pada hutan, atau menciptakan tata niaga yang terintervensi oleh investor asing dan lain sebagainya untuk yang buruk maupun yang baik-baik.
Saat ini, berdasarkan pengamatan IGID, wargapun sudah memanfaatkan peluang emas dengan membuka bisnis dari akar bajakah. Harga pun dipasang. Akar kayu bajakah dijual di pasar-pasar di Balikpapan dan PPU. Tidak hanya menjualnya secara langsung, akar bajakah juga dijual secara online. Di pasar tradisional Petung, Kecamatan Penajam, seorang pedagang menjual akar bajakah setiap hari pasar, yakni Rabu dan Sabtu.
Di pasar tradional di Balikpapan, para penjual akar bajakah mematok harga yang bervariatif. Ada yang menjual dengan harga Rp 150.000 per kilogram untuk akar bajakah yang sudah dikupas dan dikeringkan. Ada yang menjualnya dengan harga Rp 100.000 untuk 15 potong akar bajakah kering dengan panjang 30 Centimeter yang sudah dikemas dalam bungkus plastik. Ada juga yang memasok harga Rp 50.000 per setengah Kg. Para pedagang sudah mempunyai pelanggan yang tersebar di berbagai kota dari Papua, Jawa, NTT, NTB, Bali, dan Sumatera.
Digratiskan Karyawan Kominfo
Berbeda dengan masyarakat yang memanfaatkan akar kayu bajakah untuk kepentingan komersial, ada salah seorang yang justru menggratiskan air rebusan bajakah. Ia adalah Helana, Ketua Adat Dayak di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kaltim.
Helana yang saat ini menjabat Kepala Seksi Pengelolaan Informasi dan Komunikasi Publik pada Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo) PPU menjelaskan, bahwa akar bajakah sudah lama ada di hutan Benuo Taka. Setelah viral, muncul inisiatif darinya membantu orang yang membutuhkan. “Terinspirasi dari keluarga kami, banyak yang meninggal karena kanker, termasuk ayah saya, ipar dan tante saya. Berangkat dari kejadian di masa lalu itu, kami sekeluarga bersepakat membantu orang-orang yang membutuhkan, artinya orang yang terkena tumor dan kanker,”katanya.
Akar bajakah, ia peroleh dari hutan dan kebun keluarga besarnya. Setiap harinya, Helana merebus dua galon air akar bajakah. Kepada warga yang meminta, ia memberi dengan takaran satu minggu konsumsi, yakni 4 botol, karena khawatir air tersebut akan basi jika terlalu banyak. “Satu hari, air rebusan sebanyak dua galon itu selalu habis,” tutur kepada Tribun Kaltim.
Helana membagi dalam bentuk air rebusan tanpa alasan. Bercermin dari pengalamannya yang memberikan akar bajakah nyatanya tidak terlalu efektif. Banyak masyarakat yang terlalu sibuk sehingga tidak sempat mengelolanya. “Ketika saya tanya, sudah sejauh mana perkembangan untuk mengonsumsi akar Bajakah? Ada yang mengaku tidak sempat menjemur, merebus dan sebagainya. Sehingga saya siapkan dalam bentuk air siap minum, sehingga tidak ada alasan lagi mereka tidak mengonsumsinya,” ujarnya.
Beberapa minggu setelah ia menggratiskan air rebusan bajakah, jumlah masyarakat PPU yang datang ke rumah maupun kantornya melonjak tajam. Mereka adalah para penderita tumor dan kanker yang mengandalkan pengobatan tradisional bukan lewat medis. Helana menyayangkan masyarakat yang mengambil akar tumbuhan bajakah, selain di hutan dan kebun sendiri, lalu memperjualbelikan. Ia berpendapat, akan lebih berkah jika akar tersebut dipergunakan untuk membantu orang lain yang membutuhkan dengan tanpa iming-iming.
Ia khawatir, jika ada masyarakat yang membeli barang palsu dengan harga mahal. Oleh karena itu, Helana tidak keberatan memberi secara gratis kepada masyarakat yang membutuhkan. Selagi stoknya masih ada, untuk masyarakat di luar PPU, ia menyiapkan akar bajakah kering.
“Dari Aceh, Sumatera, Jawa sampai Bali, saya kirimkan semua, meskipun saya tidak kenal. Yang jelas melampirkan foto pasien dan KTP pasien. Saya kirim gratis melalui ekspedisi dan menggunakan jasa kirim yang ongkirnya mereka yang bayar,” tambahnya.
Sedangkan warga PPU, bisa langsung datang ke Kantor Kominfo PPU atau berkunjung ke rumah Helana di Perumahan Korpri, RT 07 Blok 2 J Nomor 6, Kelurahan Nipah-nipah, Kecamatan Penajam, PPU.
Akan Dilestarikan
Sementara itu, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) akan berupaya melestarikan eksistensi tumbuhan bajakah yang bisa mengobati penyakit mematikan seperti kanker dan tumor. Kepala DLH PPU, Wahyudi Nuryadi, mengatakan, pihaknya sudah mulai melakukan pengamatan di lapangan dan inventarisasi. Wahyudi juga mengaku, mendengar banyak desas-desus pemanfaatan bajakah oleh masyarakat, yang membuka pasar mereka sendiri.
“Upaya kami saat ini menginventarisasi informasi-informasi letak tumbuhan bajakah yang cukup banyak diperbincangkan, utamanya di lahan atau hutan negara. Jangan sampai dimanfaatkan oleh oknum tidak bertanggung jawab,” katanya.
Inventarisasi juga dilakukan, sebagai upaya pelestarian hayati tumbuhan bajakah. Menurut informasi kasar, bajakah banyak tumbuh di daerah hutan dan lahan negara. “Kita sudah mengarah ke upaya pelestarian dan mungkin dalam konteks pemanfaatannya juga,” tambahnya.
Wahyudi memastikan, ke depannya pasti ada upaya pelestarian tumbuhan yang bermanfaaat untuk masyarakat banyak tersebut. Ia berharap upaya ini bisa berjalan seiring rencana pemerintah kabupaten untuk meningkatkan dan memanfaatkan penanaman bajakah di hutan kota.
“Hutan kota letaknya di belakang kantor Bupati, di Desa Sesulu, Kecamatan Waru, PPU, juga ada dan beberapa lokasi lainnya,” pungkasnya. (Red)
Posting Komentar