Bidadari pun Memilih Turun di Likupang
Sejak ditetapkan sebagai desa wisata, masyarakat setempat pun diberdayakan untuk terlibat langsung dalam kegiatan ekowisata.
Syahdan, pada suatu masa ada sembilan bidadari yang diizinkan turun dari surga ke bumi. Para bidadari itu memilih turun di sebuah telaga di Minahasa Utara-Sulawesi Utara. Tempat turunnya para bidadari itu kini dikenal dengan nama Likupang.
Cerita Legenda Tumetenden (telaga) itu bersumber dari para leluhur Tou Tonsea, etnik Minahasa Sulawesi Utara. Mengisahkan perjalanan asmara seorang petani yang tinggal di kaki Gunung Tamporok dengan satu di antara sembilan bidadari itu. Bidadari-bidadari tersebut turun untuk mandi di telaga milik sang petani muda. Singkat cerita, petani muda bernama Mamanua itu berhasil menahan satu bidadari untuk tinggal di kaki Gunung Tamporok sebagai istrinya. Sang bidadari itu kemudian melahirkan seorang anak bernama Walangsendau.
Namun sayang, akibat sebuah kesalahan kecil yang dilakukan Mamanua, sang bidadari yang diberi nama Lumalundung itu terpaksa pulang ke kahyangan. “Saat anakku menangis mencariku, ajak dia berjalan melintasi hutan, sungai, dan gunung, dengan mengikuti arah matahari,” begitu pesan sang bidadari kepada suaminya. Hutan, gunung, dan sungai, telah dilalui Mamanua sambil mengendong putrinya. Namun, perjalanan nan jauh itu berujung pada bibir pantai biru berpasir putih terhampar di hadapannya. Jernihnya air laut membuat dasar karang, koral, tumbuhan laut, dan ikan-ikan terlihat jelas.
Dalam kebingungan lantaran lautnya terlalu luas, salah satu ikan datang menghampiri Mamanau. Ikan bernama Pongkor itu menawarkan tumpangan menuju ke istana bidadari. Perjalanan Mamanau menembus hutan, gunung, dan lautan pun terbayar tunai.
Kisah asmara antara Mamanua dan bidadari dari surga itu, tentu saja, hanyalah mitos atau cerita rakyat belaka. Namun penggambaran tentang keindahan telaga, gunung, bukit, sungai, pantai, dan lautan beserta isinya di Likupang itu, benar adanya. Likupang memang pantas disebut sebagai potongan surga yang jatuh ke bumi dan baru ditemukan. Indah, molek, mempesona, namun belum banyak orang yang mengetahui di mana gerangan lokasi persisnya.
Kekuatan Wisata Bahari
Objek wisata Likupang adalah sebuah kawasan wisata yang menawarkan kekuatan wisata bahari. Panorama bawah laut dan keindahan pantainya sungguh sangat menjanjikan untuk dinikmati. Pantai Pulisan merupakan pantai dengan hamparan pasir putih yang berada di Minahasa Utara tepatnya di Desa Pulisan, Kecamatan Likupang Timur. Jaraknya sekitar 35 kilometer dari Airmadidi atau 50 kilometer dari Kota Manado. Deburan ombaknya yang sangat tenang membuat wisatawan bisa memuaskan diri dengan pemandangan bebatuan karang dan biota laut melalui kegiatan snorkling dan diving.
Setelah puas dengan kegiatan wisata pantai dan bahari, wisatawan bisa menikmati pemandangan alam perbukitan di belakang pantai Pulisan. Kegiatan treking perbukitan ini sangat mengasyikan sekaligus melelahkan. Namun, seluruh rasa lelah itu akan impas saat menyaksikan keindahan alam dari atas bukit.
Objek wisata yang tak kalah menarik untuk dikunjungi adalah Ekowisata Bahoi yang terletak di Desa Bahoi, Kecamatan Likupang Barat, Kabupaten Minahasa Utara. Ekowisata Bahoi merupakan kegiatan pariwisata yang dikelola secara partisipatif oleh masyarakat. Keindahan terumbu karang pada Daerah Perlindungan Laut (DPL) menjadi andalan tempat tersebut. Tak hanya itu, Desa Bahoi juga miliki flora dan fauna di hutan mangrove, kawasan pasir putih, dan panorama desa yang asri.
Jelang masuk Desa Bahoi, kendaraan para turis akan berada di puncak tertinggi bukit sehingga bisa melihat keindahan pesisir Desa Bahoi. Masuk lebih dalam akan mendapatkan jalan perlahan-lahan menurun menuju perkampungan dengan rumah-rumah yang sederhana dan satu sama lain tidak dibatasi pagar.
Kesadaran warga Desa Bahoi bahwa desanya menyandang status kawasan wisata prioritas membuat kawasan pedesaan itu terlihat sederhana namun teramat bersih. Nyaris tidak terlihat ada sampah-sampah, terutama plastik di areal pedesaan itu. Sampah rumah tangga dan dedaunan dapat ditemukan terkumpul rapi dalam tempat sampah yang terbuat dari karung dan digantung pada dua tiang kayu.
Maxi Lahading, Ketua kelompok Daerah Perlindungan Laut (DPL) Desa Bahoi, seperti dikutip menado.com mengatakan, dari Desa Bahoi, wisatawan bisa menggunakan perahu boat menuju ke area Daerah Perlindungan Laut (DPL).
Nudibranchia yang Cantik
Terletak di kawasan seluas enam hektar, warga Desa Bahoi sangat menjaga kelestarian terumbu karang di kawasan DPL itu dengan baik. Di balik dan di sela-sela karang itulah banyak biota laut yang mendapatkan perlindungan dan berkembang biak.
“Dengan bimbingan pemandu yang sangat terlatih, wisatawan diajak untuk menikmati pesona bawah laut dengan cara snorkling atau menyelam. Pengunjung bisa menikmati indahnya terumbu karang, berbagai jenis ikan dan terdapat juga berbagai jenis nudibranchia yang cantik dan mempesona,” ungkap Maxi Lahading.
Nudibranchia merupakan hewan laut dengan badan lunak tanpa cangkang dengan warna warni yang sangat menarik. Insangnya bisa terlihat dengan mata telanjang lantaran posisinya tidak tersembunyi. Masyarakat Indonesia mengenal hewan laut ini dengan sebutan kelinci laut atau sea-rabbit.
Sejak Desa Bahoi ditetapkan sebagai desa wisata, masyarakat setempat diberdayakan untuk terlibat langsung dalam kegiatan ekowisata. Di bawah bimbingan pemerintah dan LSM, aktivitas turisme dikelola oleh masyarakat Desa Bahoi. Melalui kolaborasi pemerintah-LSM, masyarakat bahkan mampu melayani permintaan turis untuk peralatan selam lengkap, tabung oksigen, dan kompresor untuk pengisian tabungnya.
Setelah puas dengan wisata snorkling dan diving, wisatawan masih bisa memanjakan diri dengan berwisata mangrove yang masih berada di pesisir pantai Desa Bahoi. Dari jarak kejauhan, hutan mangrove itu sudah memperlihatkan kekayaan faunanya yakni aneka burung laut dan merpati yang menjadikan hutan pantai ini sebagai habitat. Sebutlah Burung Raja Udang, SunBird, Burung Pantai, dan Elang Laut.
Masyarakat Desa Bahoi juga memiliki tradisi berkesenian yang cukup baik, manakala mereka menerima kunjungan tamu dalam jumlah banyak, mereka akan menyuguhkan atraksi budaya tari masamper, empat wayer, dan pato-pato.
Perhelatan budaya serupa pernah mereka sajikan pada 2014, ketika kedatangan 50 turis asing dari 33 negara. Alhasil, para turis itu tidak hanya merasa puas lantaran keindahan panorama alamnya, tetapi juga bahagia karena bisa membaur dengan masyarakat setempat melalui fasilitas homestay.
Presiden OMEGA Swiss Stephen Urquhart, salah seorang peserta wisata ke Desa Bahoi, juga mengaku senang dan terpesona akan keindahan alam bawah laut dan pesisir pantainya. “Sungguh masih sulit percaya ada tempat seindah ini. Pantai Bahoi sangat fantastis. Suatu saat saya pasti akan kembali ke sini,” ujar Stephen, seperti dikutip manado.com.
Likupang juga masih menyimpan sejumlah potongan surga yang tersembunyi. Sebutlah Pulau Lihaga yang bisa dicapai dalam waktu 30 menit menyeberang dengan perahu boat dari desa Serei, Likupang Barat. Dengan luas sekitar delapan hektar dan bibir pantai landai, pulau ini memiliki pasirnya bagai susu bubuk, putih yang lembu. Pulau Lihaga yang berada di tengah beberapa pulau kecil itu juga mempunyai air laut yang sangat jernih.
Untuk melihat kekayaan biota bawah lautnya, wisatawan bahkan tidak perlu menyelam atau melakukan snorkling. Cukup menerbangkan drone beberapa puluh meter, maka jajaran karang beserta penghuninya akan dengan sangat jelas terlihat.
Wisatawan yang ingin ke Likupang bisa masuk melalui Bandara Sam Ratulangi. Dari Jakarta, misalnya, tersedia penerbangan yang dilayani oleh Lion Air, Sriwijaya Air, Citilink, Garuda Indonesia, dan Batik Air. Dari Bandara Sam Ratulangi, wisatawan bisa memilih moda transportasi seperti kendaraan umum maupun sewa menuju Likupang. (Indonesia.go.id)
Posting Komentar