Magnet Investasi di Pantai Utara Jawa
Pemerintah membangun Kawasan Industri Terpadu (KIT) untuk menampung limpahan relokasi industri dari Tiongkok dan merupakan upaya penciptaan lapangan kerja di Indonesia.
Foto:Antara |
Peningkatan arus investasi adalah salah satu prioritas pemerintah. Maka, pada 2021 pemerintah menganggarkan Rp9,4 triliun untuk pengembangan dua kawasan industri baru. Alokasi anggaran besar itu dimaksudkan untuk menarik investasi melalui pengembangan kawasan industri Batang seluas 4.000 hektare (ha) dan kawasan industri Subang 1.600 ha.
"Dukungan untuk pengembangan kawasan industri Batang dan Subang, kita menyediakan air baku, membangun bendungan dan pengaman pantai, interchange jalan tol, dan sarana lainnya," ujar Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono pada seminar daring di Jakarta, Senin (14/12/2020).
Kawasan Industri ini disiapkan untuk menampung limpahan relokasi industri dari Tiongkok. Sedangkan tujuan lainnya, dari dukungan pengembangan kawasan industri di Batang dan Subang ini adalah penciptaan lapangan kerja di Indonesia. Sejauh ini sudah ada tujuh perusahaan yang akan merelokasi usahanya ke Indonesia. Diperkirakan relokasi tersebut akan mendatangkan nilai investasi sebesar USD850 juta dolar atau setara Rp11,98 triliun dan mampu menyerap 30.000 tenaga kerja lokal.
Hyundai Group dipastikan memilih membangun pabrik di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang, Jawa Tengah. Raksasa asal Korea itu sendiri nantinya akan membangun industri yang bergerak di berbagai bidang, antara lain industri kaca, baterai, serta tekstil. Belakangan juga santer diberitakan, adanya rencana raksasa otomotif asal Amerika Serikat (AS) Tesla yang menyatakan minatnya membuat pabrik baterai untuk kendaraan listrik di KIT Batang.
Ketertarikan Tesla tersebut disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan yang menyebut bahwa dirinya pernah ditelepon pihak Tesla. "Saya ingin sampaikan lagi peminat investasi ke Indonesia banyak. Tadi saya baru ditelepon dari Tesla di Amerika Serikat. Mereka juga berminat membangun (pabrik) baterai lithium di Indonesia," kata Luhut, awal September 2020.
Kabar terbaru didapat dari dua raksasa baterai kendaraan listrik dunia, Contemporary Amperex Technology Co. Ltd. (CATL) asal Tiongkok dan LG Chem Ltd dari Negeri Ginseng. CATL telah berkomitmen mengucurkan megainvestasi senilai USD5,1 miliar atau setara Rp71,9 triliun untuk membangun pabrik baterai di Indonesia. Demikian dikatakan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dalam sebuah webinar belum lama ini. Investasi lebih gemuk lagi telah disepakati oleh LG Energy Solution, anak usaha LG Chem lewat sebuah penandatanganan nota kesepahaman pada Jumat (18/12/2020). Seperti diwartakan Korea Times, nota kesepahaman itu dilakukan oleh Kepala BKPM dan Presiden LG Energy Solution Kim Jong-hyun disaksikan Menteri Perdagangan, Industri dan Energi Korsel Sung Yun-ho. Proyek ini disebut-sebut bernilai 10 triliun won atau sekitar Rp130 triliun.
Total investasi dari kedua perusahaan raksasa Tiongkok dan Korsel ini mencapai hampir Rp202 triliun atau sekitar USD14,32 miliar. Setidaknya mendekati pernyataan Menteri BUMN Erick Thohir pada 14 November 2020 lalu yang menyebutkan bahwa menjelang tutup tahun 2020 akan ada kesepakatan investasi senilai USD20 miliar atau Rp282 triliun dari CATL dan LG Chem. Keduanya telah menandatangani perjanjian awal (Heads of Agreement) dengan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) bulan lalu untuk menghasilkan nilai tambah dari produk nikel Antam.
Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang sedang dibangun di atas lahan seluas 4.300 ha milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IX. Bahkan, separuh lebih area KIT itu ditargetkan selesai dibangun pada 2024. KIT Batang akan menjadi kawasan industri ke-119 yang dimiliki Indonesia.
KIT Batang akan menjadi magnet untuk menarik para investor, baik dari dalam maupun luar negeri. KIT Batang dibangun berkonsep terintegrasi dengan perumahan buruh, fasilitas pendidikan, layanan kesehatan serta adanya rantai suplai antarpabrik. Selain itu, keberadaan KIT Batang menjadi solusi dari keluhan para investor mengenai harga lahan dan fasilitas pendukungnya. Diharapkan, KIT Batang akan menawarkan harga lahan dan fasilitas lebih bersaing dibandingkan kawasan industri di Tiongkok.
Saat ini PT Pembangunan Perumahan (PP) dan PT Kawasan Industri Wijayakusuma (KIW) serta PTPN IX terus mempercepat proses pembangunan Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang fase 1 seluas 450 ha. Mereka tengah mempercepat progres pekerjaan pembangunan jalan akses sementara, perizinan, dan pembangunan marketing gallery. Adapun pekerjaan lapangan yang tengah dilakukan oleh PT PP antara lain, penyediaan jalan akses sementara telah mencapai progres sebesar 90%, clearing & grubbing zona 1 dengan progres sebesar 44,8%, cut & fill zona 1 dengan progres sebesar 1,32%, dan marketing gallery dengan progres sebesar 65%.
Pengembangan KIT Batang Tahap 1 ini juga akan dibangun beberapa fasilitas pendukung dan konektivitas kawasan, antara lain, akses sementara kawasan, simpang susun tol KM 371+800, jalan sekunder sepanjang 11,4 kilometer (km), jalan utama sepanjang 5,2 km, marketing gallery, perluasan stasiun dan dryport, jaringan listrik, suplai air baku, rumah susun sederhana sewa, dan IPAL Sampah.
KIT Batang terletak di Kabupaten Batang Jawa Tengah yang memiliki total luas lahan untuk dikembangkan 4.300 ha. Pengembangan kawasan didasarkan pada konsep The Smart & Sustainable Industrial Estate untuk merespons revolusi industri 4.0 di Indonesia maupun global.
KIT Batang ini kelak dilayani oleh lima jaringan infrastruktur utama yang punya konektivitas langsung dengan jalur kereta api yang menghubungkan pusat-pusat industri di sepanjang Pulau Jawa, terjangkau oleh empat pelabuhan besar, tiga pelabuhan barang, satu bandara internasional, akses Jalan Tol Trans Jawa, dan akses jalan nasional rute 1 Pantura. Lokasinya yang strategis membuat KIT Batang menjadi pilihan yang optimal untuk investasi kawasan.
Dalam perencanaannya, KIT Batang dibagi menjadi tiga kluster. Kluster 1 seluas 3.100 ha akan dilakukan pengembangan Industrial Estate and Industrial Township (Distrik Kreasi), kluster 2 seluas 800 ha akan digunakan untuk pengembangan Innovation Center and Township (Distrik Inovasi), dan kluster 3 seluas 400 ha akan digunakan untuk pengembangan Recreation Center and Township (Distrik Rekreasi).
Dalam kluster 1-Distrik Kreasi, tata guna lahan yang akan dikembangkan untuk area industri sebesar 49,17% di mana untuk gross nonsaleable area sebesar 66,40% dan gross saleable area sebesar 33,60%. Dalam pengembangan Distrik Kreasi ini akan menciptakan lapangan pekerjaan untuk 205.664 pekerja. Sedangkan untuk kluster 2-Distrik Inovasi, tata guna yang akan digunakan untuk gross nonsaleable area sebesar 57,36% dan gross saleable area sebesar 42,64% dengan menciptakan lapangan kerja untuk 49.254 pekerja.
Kluster 3-Distrik Rekreasi, tata guna yang akan digunakan untuk gross nonsaleable area sebesar 29,12% dan gross saleable area sebesar 70,88% dengan menciptakan lapangan kerja 56.392 pekerja. Tata guna lahan industri mendominasi kawasan memiliki rasio sebesar 61,7% dan terdiri dari lot-lot industri 57,8% dan logistic park 3,9% yang berada di dekat dry port dan stasiun. Dry port dan stasiun yang dikembangkan pada tahap ini memiliki area total 33,6 ha, yaitu sekitar 7,4%. Terdapat beberapa area komersial sebesar 1,9% yang terdiri dari pusat kegiatan kabupaten, kantor pengelola, dan ritel.
Fungsi pendukung lain seperti asrama, politeknik, sentra pelayanan dan utilitas berada tersentralisasi di area tenggara kawasan. KIT Batang juga didukung oleh infrastruktur dan utilitas yang memadai, seperti pengadaan air baku dan air bersih, tempat penampungan limbah, tempat penampungan sampah, jaringan listrik, jalur sistem telekomunikasi, drainase, dan jaringan gas.
Selain sederet fasilitas lengkap yang akan dibangun, KIT Batang memiliki beberapa keunggulan lokasi, antara lain, terletak di sisi utara Tol Trans Jawa yang dapat mempermudah akses ke kawasan industri, dilalui jalur kereta api dan berpotensi menjadi dry port, berbatasan langsung dengan Pantai Utara Jawa, tersedia Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batang berkapasitas 2x1.000 Megawatt (MW) dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebesar 50 MW dengan lokasi alternatif di area Batang, serta akan dibuat transit oriented development oleh Pemerintah Kabupaten Batang.
Selain itu, KIT Batang memiliki lokasi yang strategis di mana dapat ditempuh dengan waktu 4 jam dari Jakarta dan 1 jam dari Semarang. Kawasan tersebut memiliki jarak tempuh sepanjang 50 km dari Bandara Ahmad Yani dan 65 kilometer dari Pelabuhan Tanjung Mas dengan waktu tempuh selama 50 menit. (*)
Posting Komentar