News Breaking
Live
wb_sunny

Harga Kedelai Naik 35 Persen, Pengusaha Tahu-Tempe Berhenti Produksi

Harga Kedelai Naik 35 Persen, Pengusaha Tahu-Tempe Berhenti Produksi


TANGERANG – Sejumlah pengusaha produsen tahu dan tempe di Jabotabek memutuskan untuk menggelar aksi mogok atau berhenti berproduksi sebagai protes lantaran harga kedelai melonjak di pasaran.

Ketua Bidang Hukum Sedulur Pengerajin tahu Indonesia (SPTI) Fajri Safii kepada wartawan mengatakan, aksi mogok produksi tersebut dilakukan lantaran dipicu oleh kenaikan harga kedelai yang melonjak hingga 35 persen.

Menurutnya, langkah itu mau tidak mau menjadi opsi terakhir bagi pengrajin karena hingga kini harga kedelai terus melonjak tajam. Ia menjelaskan bagaimana harga kedelai bisa terus naik setiap harinya. Kondisi itu menyulitkan bagi pengrajin, karena kenaikannya sudah tidak lagi wajar.

“Kenaikan kedelai nggak stabil. Harganya naik di hari ini, besoknya naik lagi. Harga normal di angka Rp. 7.000 – 7.500/Kg. Sekarang sampai Rp9.200 bahkan Rp10 ribu, bahkan ada yang lebih dari Rp10 ribu/kg,” katanya.

Terkait lonjakan harga kedelai itu, Fajri menilai bahwa pemerintah seperti diam saja dan tidak mengambil tindakan apapun terhadap kenaikan harga kedelai. Bahkan pihaknya menduga, dalam kenaikan harga kedelai banyak kartel yang bermain.

“Kalau melihat Peraturan Menteri Perdagangan nomor: 24/M-DAG/PER/5/2013 tentang ketentuan import kedelai dalam rangka stabilitas harga kedelai. Peraturan ini dianggap menghambat tumbuhnya importir-importir baru yang menyebabkan seseorang importir lama semaunya menetukan harga, dan melakukan kesepakatan harga atau kesepakatan pembagian wilayah pemasaran. Hal ini jelas bertentangan dengan UU No.5 Tahun 1999 tentang praktik monopoli dan persaingan usaha yang tidak sehat,” ungkap Fajri.

Ketua Umum Sahabat Pengrajin Tempe Pekalongan (SPTP) Indonesia Haryanto mengaku tak sedikit para pengrajin yang tergabung dalam organisasinya banyak yang gulung tikar akibat dari kenaikan harga kedelai.

Pengrajin tahu dan tempe asal Pekalongan yang kini tinggal di Tangerang, itu berharap kepada pemerintah untuk bisa menekan kembali harga kedelai seperti semula.

“Dengan adanya kenaikan harga kacang kedelai import yang sangat tinggi dari Rp7.000, kini berubah menjadi Rp9.500 per kilonya telah menimbulkan keresahan. Lonjakan harga ini akan memicu para pengrajin gulung tikar. Kami berharap kepada pemerintah bisa menstabilkan kembali harga seperti semula,” ucap Haryanto.

Sementara, salah satu pedagang tahu dan tempe, Tarjumi (60), mengaku ngos-ngosan akibat kenaikan harga kedelai tersebut. Akibat dampak mogok produksi tiga hari yang dilakukan para pengrajin membuatnya nganggur.

“Dampak mogok selama tiga hari ini sangat jelas, karena ini saya nganggur dan tidak ada pemasukan apa-apa. Kita sebagai pedagang kecil supaya pemerintah mengerti apa yang dirasakan pedagang kecil, kami berharap pemerintah bisa menstabilkan harga kedelai, kalau bisa kembali lagi melalui Bulog,” ungkap Tarjumi.

Pantauan wartawan, aksi mogok produksi tersebut ditandai dengan menandatangani sebuah petisi yang dilakukan oleh puluhan perwakilan organisasi gabungan pengusaha dan pengrajin tahu dan tempe Se-Jabodetabek dengan kesepakatan menolak kenaikan harga kacang kedelai. (Siberindo))

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Posting Komentar