Membuka Jalur Menuju Negeri di Atas Angin
Transit di Bandara Hasanuddin Makassar, Presiden Joko Widodo harus menukar dulu alat transportasinya. Dari Pesawat Kepresidenan Boeing 737-800, beralih ke pesawat turbuprop ATR-72 seri 600. Pesawat baling-baling milik Garuda itu pun terbang menembus udara cerah dan 50 menit kemudian mendarat di Bandara Toraja, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan.
Didampingi Menhub Budi Karya Sumadi, Mensesneg Pratikno dan Plt Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sulaeman, Presiden Jokowi hadir guna meresmikan bandara itu. “Hampir tiap enam bulan sekali saya tanya ke Menteri Perhubungan, kapan Bandara Toraja selesai? Kok nggak rampung-rampung. Alhamdulilah, hari ini bisa diresmikan dan telah beroperasi,” demikian kata Presiden Jokowi dalam sambutannya, Kamis (18/3/2021)pagi.
Pada saatnya, Presiden Jokowi mengetahui, pembangunannya perlu waktu lebih panjang, karena menghadapi medan dataran tinggi yang bergunung-gunung. “Perlu memotong tiga bukit,” tutur Presiden Jokowi yang hari itu mengenakan kemeja putih berbalut jaket merah cabai dengan hoodie yang menjuntai di punggung. Tak kurang dari 6 juta m3 tanah hasil kikisan bukit itu harus diangkut, dipindahkan ke lokasi lain,guna mendapatkan tanah rata seluas 141 hektar itu.
Diharapkan, bandara baru itu membuka akses yang lebih lebar ke Tana Toraja--yang oleh Presiden Jokowi disebut “Negeri di Atas Angin’’ itu. Masyarakat Toraja yang hidup di “atas angin” itu digambarkan oleh Presiden Jokowi, tidak hanya memiliki lingkungan alam yang indah, melainkan juga tradisi budaya yang elok dan unik. Ada tari pamu-pamu atau musik gesek tradisional geso-geso, dan banyak lainnya. “Saya yakin pariwisata di sini akan berkembang,” ujarnya.
Bandara yang dibangun dengan biaya lebih dari Rp800 miliar itu kini menjamin adanya penerbangan langsung dari Makassar, bahkan dimungkinkan dari Bali atau Bandung. Maka Presiden Jokowi berharap, bandara tersebut bisa mengembangkan pariwisata, membuka peluang usaha baru, lapangan kerja, seraya menciptakan pusat pertumbuhan ekonomi baru.
Bandara Toraja terletak di dataran tinggi dengan elevasi 922 meter dari permukaan laut (dpl). Jaraknya 12 km arah selatan dari pusat Kota Makale, ibu kota Kabupaten Tana Toraja. Lahan yang tersedia untuk runway2.000 meter panjangnya, dan 1.600 meter di antaranya telah dibeton serta dilapisi aspal yang mulus. Sejumlah alat berat tampak masih bekerja mengikis lereng-lereng bukit supaya jalur lintasan penerbangan lebih lebar, panjang, dan lega.
Bagi warga Tana Toraja, kehadiran bandara baru itu berkah yang lama ditunggu. Bandara Pongtiku, yang terletak 9 km di sebelah utara Makale, sudah tidak memadai. Dengan pandasan pacu hanya 900 meter, bandar udara yang terletak di Kecamatan Rantetayo itu hanya bisa didarati pesawat ringan. Opsi memperpanjang runway sulit karena terhadang jurang. Maka, Pongtiku tidak diminati perusahaan penerbangan.
Melalui Kementerian Perhubungan, pemerintah berniat memindahkannya ke lokasi yang sekarang ini. Namun pembangunan bandara yang dimulai 2011 itu tertunda-tunda oleh beratnya tanah perbukitan itu. Atas instruksi Presiden Jokowi, pembangunan bandara itu dilanjutkan sejak awal 2018.
Hasilnya, runway sepanjang 2.000 x 30 meter, lantai apron, menara pengawas, bangunan terminal dengan atap khas Toraja, dan jalan lingkungan ke Bandara selesai dikerjakan Juli 2020 lalu. Per September 2020, Bandara Toraja itu telah resmi beroperasi. Kini, setidaknya satu penerbangan ATR-72, dari Citilink atau Wing Air, mengunjungi Tana Toraja setiap harinya dari Makassar.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, bandara baru itu akan membantu mobilitas penduduk dan meningkatkan arus wisatawan domestik atau asing. Selama ini, Tana Toraja harus dijangkau dengan perjalanan darat selama 8-9 jam dari Kota Makassar, menempuh jalan menanjak dan berkelok sejauh 320 km. Praktis tak ada akses darat lain selain jalur tersebut.
10 Bandara dalam 5 Tahun
Perhelatan di Bandara Tana Toraja bukanlah acara tunggal. Pada kesempatan yang sama, Presiden Jokowi juga meresmikan Bandara Pantar di Kabupaten Pulau Pantar, NTT, satu pulau yang berhadapan dengan Timor Leste. Bandara Pantar itu juga bisa didarati oleh pesawat sekelas ATR-72.
Presiden Joko Widodo cukup gencar membangun infrastruktur bandara besar atau kecil. Pada lima tahun pertama pemerintahannya, ada 10 bandara baru yang digarapnya. Yang pertama adalah Bandara Letung di Kepulauan Anambas, Kepulauan Riau. Bandara dengan ukuran runway 1.600 m x 30 m itu bisa didarati pesawat ATR-72, berfungsi sebagai feeder bagi bandara di Tanjungpinang, Bintan.
Berikutnya, bandara dengan ukuran yang sama dibangun di Namniwel Pulau Buru, Maluku. Kemudian Bandara Miangas, Sulawesi Utara. Bandara yang memiliki panjang landasan pacu 1.400 m x 30 m itu sudah beroperasi dan bisa didarati pesawat sejenis ATR-72.
Pada saat yang hampir bersamaan, pemerintah membangun Bandara Maleo di Morowali, kota nikel di Sulawesi Tengah. Dengan terminal seluas 1.000 m2, runway 1.050 m X 30 m, apron seluas 80 m x 70 m, bandara ini bisa melayani pesawat ATR-72 yang terbang ulang alik dari Makassar dan Kendari.
Selanjutnya, berturut-turut Bandara Werur di Tambrauw, Papua Barat, runaway 1.400 x 30 m dan apron 85 x 70 m, juga bisa didarati ATR-7. Kemudian Bandara Maratua, Kalimantan Utara, ukuran runway 1.600 m x 30 m. Lantas, berturut-turut ada Bandara Koroway Batu, Tanah Merah, Papua, dan Bandara Sintang, Kalimantan Barat, dengan ukuran yang sama, untuk pesawat sekelas ATR-72.
Tidak hanya hanya level ATR-72, Presiden Joko Widodo juga menyelesaikan pembangunan Bandara Internasional Kertajati, Majalengka, Jawa Barat. Bandara ini memiliki luas 96.000 m2 dan kini menjadi salah satu dalam deretan bandara besar di Indonesia.
Sesudah itu, Presiden Jokowi meresmikan Bandara Interasional Aji Pangeran Tumenggung Pranoto di Samarinda, Kalimantan Timur. Bandara ini memiliki runway sepanjang 2.250 m x 45 m dan apron 300 m x 123 m, dan bisa melayani pesawat kelas Boeing 737. Bandara baru ini dioperasikan untuk menggantikan Bandara Temindung yang sempit dan terletak persis di tengah kota.
Pembangunan bandara berlanjut pada masa jabatan keduanya. Pada 2019, Presiden Jokowi meresmikan bandara baru kelas ATR-72 di Tambelang, wilayah Kepulauan Riau. Memasuki 2020, giliran Bandara H Muhammad Sidik di Muara Teweh, Kalimantan Tengah, diresmikan. Menyusul Bandara Siau, Kabupaten Kepulauan Sitarobakal, Sulut, diresmikan.
Namun, yang paling monumental pada 2020 adalah peresmian Bandara Yogyakarta Internasional Airport (YIA) di Kulon Progo, 40 km dari Jogya. Bukan hanya membangun bandara baru, Presiden Jokowi juga mengembangkan Terminal 3 di Bandara Soekarno Hatta, disusul kemudian landasan pacu ketiganya. Pengembangan pun dilakukan di Bandara Hasanuddin di Makassar, Bandara Ngurah Rai di Bali, Bandara Juanda di Surabaya, dan masih banyak lainnya. (Indonesia.go.id)
Posting Komentar