Waspada Saling Tular Antarnegara Tetangga
Secara global, Covid-19 menurun. Ledakan di India pun makin terkendali. Tapi, di Asia Tenggara risikonya masih tinggi. Di Cilacap, ABK Filipina diduga menularkan varian India ke nakes RSUD.
Dunia belum kiamat. Gelombang kedua lonjakan kasus Covid-19 global, yang mencapai puncaknya pada 25 April 2021 dengan 890.000 kasus baru di seluruh dunia dalam 24 jam, ternyata cepat menyusut ke level 720.000 kasus pada Sabtu 22 Mei 2010. Penurunan kasus terjadi hampir di semua kawasan di seluruh dunia.
Organisasi kesehatan dunia (world health organization/WHO) mencatat penurunan angka Covid-19 terjadi secara konsisten dalam empat pekan berturut-turut, setelah melewati masa puncak pada 25 April itu. Penyusutan kasus Covid-19 utamanya disumbang oleh menurunnya ledakan pandemi di India. Bila di puncaknya, yakni pada 6 Mei 2021, India mencatatkan 414 ribu kasus Covid-19 dalam 24 jam, angka itu sudah jauh mengendor ke level 257 ribu pada 22 Mei. Kurvanya menurun secara konsisten.
Tren penurunan tampak pula di Eropa. Dalam sepekan kawasan ini membukukan 685.000 kasus baru, menyusut 26 persen dari pekan sebelumnya. Angka kematiannya pun menurun 16 persen. Secara umum situasi di Eropa terus membaik lima pekan berturut-turut.
Tak berarti angka kasus sudah melandai betul. Angka insidensi tinggi tercatat di Prancis, dengan lebih dari 93 ribu kasus dalam seminggu. Turki menempati posisi kedua dengan insidensi 90.000 kasus dan pada posisi ketiga ditempati Jerman dengan 73.000 kasus dalam seminggu. Toh, ketiga negara itu bisa menekan transmisi Covid-19, masing-masing 24 persen, 46 persen, dan 29 persen, dalam sepekan terakhir.
Dari deretan negara besar Eropa, Kerajaan Inggris (UK) yang paling berhasil mengendalikan Covid-19. Setelah babak belur diserbu virus corona dan mencatatkan angka serangan yang tertinggi pada 8 Januari 2021, dengan lebih dari 68 ribu kasus baru Covid-19 dalam 24 jam, kini Inggris sudah bisa bernafas lega.
Dalam 10 pekan terakhir, kurva Covid-19 di Inggris sudah melandai. Insidensi hariannya sudah di bawah 2.000 kasus. Angka kematiannya menyusut dari angka 1.300–1.400 orang menjadi 5–10 orang per hari. Namun, protokol kesehatan tak dikendorkan di sana.
Di Benua Amerika juga terjadi penurunan, meski tipis. Secara umum kasus Covid-19 menyusut 3 persen, dan angka kematian turun 7 persen pada pekan terakhir. Selama lima pekan sebelumnya insidensi Covid-19 menyusut di Benua Amerika.
Amerika Serikat (AS) memang terus menunjukkan kemampuannya mengendalikan transmisi Covid-19. Dalam sepekan terakhir penambahan kasusnya hanya 235.000 (rata-rata 33.000 per hari), menyusut 21 persen dari pekan sebelumnya. Padahal, ketika mencapai puncak pandemi pada Januari silam, insidensi di AS sempat mencapai 250.000 kasus per hari.
Horor kematian akibat Covid-19 juga sudah terlewati. Pada masa puncaknya, ada 3.400–3.500 kematian di AS. Angka itu kini sudah menyusut menjadi 500–600 kematian per hari.
Yang masih kerepotan mengendalikan pandemi adalah Brazil. Dalam sepekan terakhir, kasus baru Covid-19 yang tercatat di Braziil mencapai 437.000 lebih, sekitar 62.000 kasus per hari. Masih ada kenaikan 3 persen dari pekan sebelumnya. Namun, angka kematiannya berangsur turun ke level 13.000-an kasus per hari. Ada penurunan sekitar 12 persen.
Di Argentina kurva serangan Covid-19 justru sedang menunjukkan tren meningkat. Rekor tertinggi dengan 35.800 kasus tercatat pada 20 Mei 2021. Angka kematiannya mencapai 490 orang dalam sehari. Serangan Covid-19 di Argentina telah terjadi dalam tiga gelombang. Puncak gelombang pertama di akhir Oktober 2020, puncak kedua Januari 2021, dan kini sedang memapaki puncak yang ketiga dengan kondisi paling buruk.
Di Kawasan Timur Tengah, yang dalam pemetaan WHO disebut Mediterania Timur, serangan gelombang ketiga Covid-19 juga mulai mereda. Ada penurunan angka kasus dan tingkat kematian masing-masing 22 persen dan 16 persen dibanding pekan sebelumnya. Di seluruh wilayah ini, pandemi paling buruk tercatat terjadi di Iran.
Sepanjang pandemi berlangsung, 2,7 juta kasus infeksi dicatatkan. Sekitar 3,2 persen penduduk Iran terpapar Covid-19, dalam serangan dua gelombang. Puncakgelombang pertama pada November 2020. April 2021 merupakan yang kedua dan lebih buruk. Pada pertengahan April 2021, insidensi harian di Iran mencapai 25.000 kasus, dan sejak itu selama empat pekan terus menurun. Kini insidensi hariannya 12.000 kasus. Masih jauh dari aman.
Namun secara umum, kawasan pandemi di Mediterenia Timur itu semakin terkendali. Begitu halnya dengan zona Afrika, yang menunjukkan grafik konsisten menurun sejak januari 2021. Wilayah Pasifik Barat selama ini cukup punya daya tahan, kecuali Jepang, Filipina, dan Malaysia, yang pada pemetaan WHO masuk wilayah Pasifik Barat.
Asia Tenggara Waspada
Kondisi Asia Tenggara tidak cukup baik. Pandemi di Malaysia sedang menuju puncak gelombang dua. Pada 22 Mei 2021 Malaysia mencatatkan 6.493 kasus baru, dengan rata-rata sepekan terakhir 5.541 kasus. Cukup tinggi untuk penduduk Malaysia yang berjumlah 32 juta jiwa.
Secara kumulatif ada 466 ribu kasus Covid-19 di Malaysia. Prevalensi penduduk yang terinfeksi ialah 1,4 persen, lebih dari dua kali lipat dari prevalensi di Indonesia yang 0,6 persen. Tapi, tingkat kematian di Malaysia rendah, yakni 5,8 per 100.000 penduduk, sementara di Indonesia 17,5 per 100.000 warga. Pemerintah Malaysia sibuk mempercepat vaksinasi seraya terus memperketat pelaksanaan protokol kesehatannya.
Thailand juga mulai dijangkiti pandemi, setelah negeri tersebut hampir tidak terjamah Covid-19 sejak tahun 2020 hingga Maret 2021. Kini insidensi di Thailand telah mencapai 3.853 kasus (rata-rata pada sepekan terakhir). Gelombang pertama Covid-19 telah melandanya. Namun, pemerintah Thailand telah melakukan persiapan yang panjang, terkait ketersediaan fasilitas perawatan, obat-obatan, karantina, aturan protokol kesehatan, dan vaksinasi.
Gelombang kedua Covid-19 di Filipina saat ini sudah menurun. Namun, insidensi harian masih cukup tinggi yakni 5.500 kasus per hari. Varian baru Covid-19 tipe B-117 (UK) dan B-1617 (India) pun telah masuk ke Filipina, sebagaimana juga telah masuk ke Thailand, Malaysia, bahkan Indonesia. Bila tidak diawasi dengan baik, saling tular di antara negeri jiran bakal sulit dihindarkan.
Penularan Antartetangga
Meski selama tiga bulan insidensi Covid-19 di Indonesia sudah melandai, kewaspadaan kembali digalakkan. Indonesia dikelilingi negara jiran yang menyimpan potensi penularan Covid-19. Situasi ini semakin rawan dengan adanya mobilitas warga antarwilayah, terkait libur lebaran pada 13-14 Mei lalu. Banyak di antara pemudik adalah pekerja migran, terutama dari Malaysia, yang ternyata ada yang membawa varian B-117 (UK) dan B-1617 (India).
Dari Cilacap dilaporkan, bahwa 14 awak kapal asal Filipina yang berlabuh 25 April lalu telah terbukti positif Covid-19 dari varian India. Sejak mereka tiba ke Pelabuhan Cilacap dengan keperluan membawa gula dari India, isolasi dan perawatan atas para awak kapal itu dilakukan di RSUD Cilacap. Seorang dari mereka meninggal. Dari pemeriksaan genome sequencing oleh Kementerian Kesehatan diketahui, para ABK itu membawa varian Covid B-1617.
Perkembangan berikutnya, ternyata ada 32 orang tenaga kesehatan (nakes) di RSUD Cilacap yang kemudian terjangkiti oleh Covid-19. Diduga mereka tertular oleh ABK asal Filipina tersebut. Kini proses genome sequencing sedang berlangsung. Varian India itu memang terbukti lebih mudah menular dan mengakibatkan tingkat keparahan yang lebih tinggi.
Varian India itu sendiri telah menyebar ke mana-mana. Kendati begitu, Juru Bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi selalu mengingatkan, apa pun variannya, pelaksanaan protokol kesehatan terbukti bisa mengurangi risiko. Suntikan vaksin juga terbukti bisa lebih menekan risiko penularan.
Di Inggris segala macam varian Covid-19 hadir, termasuk varian India B-1617 dan Brazil P-1. Namun, disiplin protokol kesehatan dan vaksinasi yang masif terbukti bisa menekan pandemi tersebut. (*)
Posting Komentar