Misi Antasena di Medan Ralasuntai
Tank boat pertama di dunia lahir di Banyuwangi. Badannya dari karbon komposit yang 10 kali lebih kuat dari baja. Meski begitu, karena bobotnya yang ringan, kendaraan ini bisa bergerak cepat dan mampu menghancurkan musuh dari jarak 5 kilometer.
Sosoknya gagah, gerak-geriknya lincah, dan tampilannya sporty. Jika dianalogikan sebagai sosok pria, parasnya ganteng. Namanya Antasena. Dia adalah prototipe tank boat buatan PT Pindad (Persero), yang diproduksi di sebuah galangan canggih di Banyuwangi. Setelah sukses menjalani berbagai tes manuver di lautan bebas, Sabtu (22/5/2021) lalu Antasena pun berlayar ke perairan Situbondo, menempuh jalur laut sejauh 310 km (pergi dan pulang), untuk menjalani serangkaian uji penembakan.
Di Pantai Paiton yang merupakan area latihan TNI-AL, Antasena melakukan sejumlah manuver. Meluncur berkelak-kelok, berputar, atau melambung, sambil menembak. Senjata utamanya yang terus menyalak adalah sepucuk kanon kaliber 30 mm. Proyektilnya menghantam sasaran yang berjarak beberapa ratus meter.
Seperti laiknya tank lain, kabin kru Antasena beratapkan turet, yang terbuat dari alunimiun alloy. Bentuknya seperti kubah yang bisa berputar ke kiri dan kanan. Dengan fleksiblitas putaran turet itu, moncong kanon bisa di-setting terus terarah ke sasaran, meski kendaraan bergerak ke sembarang arah. Selain sepucuk kanon, tank boat ini juga dibekali dua senapan mesin 12,7 mm, yang satu di antaranya bertengger di atap turat.
Sabtu itu, uji coba tank boat Antasena turut disaksikan Direktur Jenderal (Dirjen) Potensi Pertahanan (Pothan) Kementerian Pertahanan, Mayjen Dadang Harya Yudha dan direksi PT Pindad. Dalam keterangan tertulisnya, PT Pindad Persero menyatakan bahwa uji coba berupa sea trial dan firing test dianggap berhasil. Dan, Antasena dinyatakan lolos dalam rangkaian uji coba tersebut.
Pengerjaan oleh PT Pindad
Antasena akan masuk dalam jajaran alat utama sistem kesenjataan (alutsista) TNI-Angkatan Darat. Kontrak pembelian sudah ditandatangani pada 2020. Produksinya dikerjakan PT Pindad, bekerja sama dengan PT Lundin Industry, perusahaan modal asing asal yang membawa teknologi persenjataan dari Swedia.
Nama, Antasena sendiri disematkan oleh Wapres Jusuf Kalla (2015), usai menyaksikan MoU antara Kemenhan dan PT Pindad, terkait pengembangan tank boat tersebut. Nama ini merupakan tokoh dunia pewayangan yang jago dan ahli dalam pertempuran laut. Ia adalah anak bungsu dari sang Bima, salah satu kesatria Pandawa.
Perlu waktu lima tahun untuk mengembangkan maket Antasena itu menjadi kendaraan tempur di atas air. Kemenhan menyiapkannya untuk tugas operasi di rawa, laut, sungai, dan pantai (ralasuntai).
Untuk kali pertama, Antasena mencoba berenang meluncur di laut, di perairan Banyuwangi, akhir April 2021. Peristiwa itu menarik perhatian Popular Mechanics, majalah (elektronik) terbitan Amerika Serikat. Pada edisi 10 Mei 2021, majalah khusus persenjataan dan kendaraan militer yang terbit sejak 1902 itu mengulas Antasena. Popular Mechanics menyebut Antasena sebagai kendaraan militer hibrid yang unik. “Ia mengambang seperti perahu dan menembak seperti tank,” tulisnya.
Masih oleh media itu, tak ada produk sejenis di tempat lain. “Kendaraan itu cocok untuk beroperasi di perairan keruh,”. Artinya, itu cocok dengan penugasan yang bakal diemban Antasena, yakni di rawa, laut, sungai, dan pantai, yang sebagian besar memang perairan yang keruh alias butek.
Menurut Popular Machanics, kendaraan hibrid seperti Antasena ini memang cocok dioperasikan di negara kepulauan seperti Indonesia. Antasena punya postur yang pas untuk menghadapi para perompak, teroris yang suka menyandera awak kapal, dan penjahat lainnya yang beroperasi di perairan. Lebih jauh, tank ini bisa mengejar bila mereka mencoba kabur ke daratan. Tank laut ini bisa membawa 50-60 personel militer bersenjata lengkap.
Panjang badan Antasena 18,7 meter, lebarnya 7,5 meter. Badannya bertumpu pada struktur kapal berlunas ganda (doeble hull). Desain doble hull itu membuat Antasena bisa meluncur cepat, karena hambatan air dilewatkan di kolong boat di antara dua lunas. Dengan dua mesin baling-baling, dua kali 1.700 tenaga kuda (HP), plus dua mesin waterjet 2 x 550 HP, Antasena dapat meluncur 74 km per jam. Kecepatan jelajahnya 56 km per jam. Sekali isi solar dapat bergerak sejauh 1.100 km.
Lambung Antasena terbuat dari komposit karbon, material yang kekuatannya 10 kali kekuatan baja, tapi beratnya hanya sepersepuluhnya. Badannya tak mudah koyak oleh peluru. Karena badannya tak terlalu berat, sarat air (draft) kapal yang masuk ke air hanya 90 cm. Maka, ia dapat diandalkan ketika beroperasi menyusur sungai, rawa, atau perairan dangkal lainnya.
Akurat di Segala Medan
Jangan bayangkan Antasena hanya beroperasi mengejar musuh dengan persenjataan ringan. Ia pun telah disiapkan melawan musuh bersenjata berat pada perang abad 21. Di belakang turetnya ada semacam antena telekomunikasi yang membuatnya terkoneksi ke gudang informasi di dunia maya. Ia bisa mengetahui kondisi medan di sekelilingnya. Antasena tahu bentang alam di belakang rimbun bakau di rawa-rawa yang dijelajahinya.
Untuk mendapatkan gambaran yang presisi, Antasena bisa mengoperasikan sebuah drone yang bisa menuntunnya ke sasaran yang harus dilumpuhkan, termasuk tank-tank musuh, baterai arteleri, dan target militer lainnya. Hasil intaian drone itu juga bisa memandu roket Cockerill Falarick 105 mm, yang diluncurkan dengan arah lengkung mirip peluru mortil, menuju sasaran.
Akurasinya terjamin karena peluru bergerak dengan sistem kendali. Roket Falarick 105 mm itu bisa menjangkau sasaran di darat maupun di laut, dalam radius 5 km. Dalam rencana Kemenhan, Antasena akan memperkuat alutsista bagi satuan-satuan tempur TNI-AD.
Antasena bukanlah produksi pertama yang dilahirkan dari Galangan Kapal PT Lundin Industri di Kota Banyuwangi. Sebelumnya, bekerja sama dengan PT PAL Persero, PT Lundin telah meluncurkan Kapal Perang KRI Klewang 2. Dengan desain yang sangat tekno, KRI Klewang 2 sulit terdeteksi radar lawan. Kapal ini berukuran panjang 62 meter, lebar 17 meter, tapi bobotnya hanya 230 ton, berkat bahan karbon komposit yang digunakan untuk lambungnya.
Dengan ukuran yang sama, kapal sejenis dapat mencapai berat 1.500 ton bila dibangun dengan pelat baja. Karena berat tubuhnya yang ringan, Klewang 2 yang diluncurkan pada 2019 itu mampu meluncur 65 km per jam, jauh lebih cepat dari kapal sejenis. Persenjataan utamanya adalah rudal C-75 yang dapat menyerang kapal lawan dari jarak 120 km. Klewang 2 adalah produk pengganti bagi Klewang 1 yang hangus terbakar dalam tahap uji coba pada 2012. (*)
Posting Komentar