Pedoman Perlindungan Anak Hadapi Ancaman Corona
Sejumlah ahli di dunia, termasuk World Health Organization (WHO), menilai kasus Covid-19 pada anak jarang terjadi. Namun di Ibu Kota Negara DKI Jakarta, tren kasus positif aktif pada anak di bawah usia 18 tahun meningkat.
Wabah Covid-19 yang ditemukan menjangkiti manusia sejak Desember 2019 belumlah berhasil diperangi secara maksimal. Berbagai upaya terus dilakukan demi memberangus aktivitas virus SARS COV-2 yang telah mengakibatkan terjadinya 177.758.806 kasus infeksi di dunia dan menyebabkan 3.849.294 orang meninggal.
Sejak beberapa bulan belakangan, berbagai otoritas di dunia pun gencar menggelar vaksinasi bagi warganya. Tercatat di laman Johns Hopkins, hingga hari ini, sudah sebanyak 2.527.072.821 dosis vaksin diberikan kepada warga dunia.
Di Indonesia sendiri, penyuntikan vaksin Covid-19 telah dilakukan sebanyak 32,6 juta dosis, tercatat hingga Selasa, 15 Juni 2021. Rincian dari vaksinasi puluhan juta dosis itu adalah sebanyak 20,9 juta dosis diberikan pada vaksinasi tahap pertama. Sedangkan, 11,7 juta dosis diberikan pada tahap kedua.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, tenaga kesehatan yang telah mendapatkan vaksin dosis pertama sebanyak 1,5 juta orang atau 104,27% dari target. Sebanyak 1,4 juta tenaga kesehatan atau 95,2% juga telah mendapatkan vaksin dosis kedua.
Lalu, petugas publik yang telah mendapatkan vaksin dosis pertama mencapai 14,2 juta orang atau 88,30% dari target. Sebanyak 7,9 juta orang di antaranya atau 45,41% juga telah mendapatkan vaksin dosis kedua.
Sedangkan, vaksinasi dosis pertama bagi lansia baru mencapai 3,9 juta orang atau 18,51% dari target. Kemudian, lansia yang telah disuntik vaksin dosis kedua pun baru 2.4 juta orang atau 11,2% dari target.
Tren Meningkat
Lantas bagaimana dengan anak-anak dalam konteks perlindungan atas ancaman Covid-19? Berdasarkan informasi yang beredar diketahui, sejak awal pandemi Covid-19, baik WHO, UNICEF, dan banyak ahli, cenderung mengatakan bahwa penyakit yang disebabkan oleh virus corona itu jarang dialami anak. Agaknya itulah sebabnya, tidak banyak negara yang memiliki panduan khusus perlindungan Covid-19 bagi anak.
Indonesia merupakan salah satu negara yang diketahui telah memiliki panduan perlindungan dari ancaman Covid-19 bagi anak. Adalah Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) yang telah menerbitkan panduan dengan judul “Pedoman Umum Perlindungan Anak Penanganan Covid-19” itu. Disebutkan pada bagian muka, pedoman itu diperuntukkan bagi seluruh gugus tugas, aktivis, relawan, dan masyarakat yang terlibat dalam penanganan Covid-19 dengan memperhatikan prinsip-prinsip pemenuhan hak dan perlindungan khusus anak.
Pada bagian satu pedoman itu, dituliskan bahwa “setiap anak tanpa kecuali berhak mendapatkan hak, perlindungan, dan informasi yang jelas tentang pencegahan dan penularan Covid-19”. Pedoman yang terdiri dari 16 poin itu, termasuk di dalamnya mengatur tentang keharusan seluruh anggota gugus tugas percepatan penanganan Covid-19, aktivis, relawan, dan seluruh masyarakat yang terlibat dalam penanganan Covid-19 menandatangani dan melaksanakan code of conduct perlindungan anak.
Sayangnya, pada gelombang kedua pandemi Covid-19 ini, ada tren kenaikan angka anak terjangkit Covid-19 di Indonesia, khususnya DKI Jakarta. Seperti disampaikan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dwi Oktavia, Kamis (17/6/2021), dari total 4.144 kasus positif hari itu, sebanyak 661 kasus atau 16 persen di antaranya adalah anak usia 0-18 tahun. Dari jumlah itu, secara spesifik, 144 kasus tercatat adalah balita.
Adanya tren peningkatan kasus positif aktif pada anak di bawah usia 18 tahun itu, membuat Dwi pun bergegas membuat peringatan agar anak-anak tidak dibiarkan berada di luar rumah. “Untuk itu, kami mengingatkan warga untuk menghindari keluar rumah membawa anak-anak,” ujarnya.
Peringatan itu sangat patut mendapat perhatian. Pasalnya, muncul kekhawatiran varian baru virus SARS COV-2, yakni varian Delta (B.1617.2) yang pertama kali ditemukan di India, lebih menular di kalangan anak-anak. Dilaporkan CNBC.com pada Rabu (16/6/2021), transmisi virus corona varian Delta, yang saat ini mendominasi di Inggris, meningkat di kalangan anak-anak usia 12 hingga 20 tahun.
Sementara itu, laporan dari BMJ.com, sebuah situs penyedia informasi kesehatan global, menyingkap data dari Badan Kesehatan Masyarakat Inggris (PHE) yang mencatat ada sebanyak 140 klaster penyebaran varian Delta di sekolah hingga akhir Mei 2021. "Data dari PHE menunjukkan penularan tertinggi terjadi pada anak-anak usia sekolah menengah, yakni antara 10 hingga 19 tahun," tulis BMJ.com.
Varian Delta yang pertama kali teridentifikasi pada Oktober tahun lalu, dan kini sudah menyebar ke lebih dari 80 negara. Sementara itu, Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Profesor Aman Bkahti Pulungan menyebutkan, kendati belum ada data yang valid tentang kaitan antara Covid-19 dan kematian pada anak, catatan yang ada menunjukkan kenaikan angka kematian anak hingga 50 persen selama pandemi.
Setidaknya, menurut Profesor Aman, ada 1.000 kematian anak di Indonesia setiap minggunya sejak pandemi Covid-19 melanda. Padahal sebelumnya, pada 2019, kata dia, jumlah kematian pada anak cenderung menurun.
Lantas mungkinkah vaksinasi diberlakukan bagi anak? Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan, upaya perlindungan serupa itu masih menunggu rekomendasi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), organisasi profesi, dan ITAGI. Hal itu dilakukan, sambung dia, untuk melihat vaksin mana yang bisa digunakan untuk anak-anak nantinya.
"Apakah vaksin itu sudah ada di negara kita, artinya jenis vaksinnya itu, misalnya, Sinovac, AstraZeneca, Pfizer, Novavax, atau harus mencari jenis vaksin baru. Jadi, proses itu nanti kita tunggu saja rekomendasi dari khususnya dari badan POM dan ITAGI, dan IDAI terkait pemilihan vaksinnya," pungkasnya, dalam diskusi virtual, Senin (31/5/2021).
Sejauh ini beredar informasi bahwa vaksin Covid-19 buatan Pfizer-BioNTech diklaim aman dan efektif pada usia 12-15 tahun, berdasarkan hasil uji klinis terbaru. (Ilustrasi foto Antara)
Posting Komentar