Jakarta - Varian Delta telah menjadi strain dominan di DKI Jakarta dan Jawa Tengah. Dari 211 varian baru yang terdeteksi, 160 di antaranya adalah Delta. Varian itu telah menyebar ke banyak provinsi.

Di balik menggilanya lonjakan Covid-19 pada Juni ini, ada satu faktor yang menjadi sorotan, yakni adanya varian baru. Bukan hanya satu, tiga varian baru virus patogenik itu memang telah merangsek ke Indonesia, dan menimbulkan gelombang baru pandemi. Bahkan, varian Delta B-1617.2 asal India dan varian Alpha B-117 telah menjadi varian yang dominan di sejumlah daerah.

Data terbaru dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes), yang dirilis pada 23 Juni 2021, menunjukkan adanya 211 spesimen swab pasien Covid-19 yang mengandung genom varian baru Alpha, Beta, dan Delta. Yang terbanyak adalah Delta, yakni 160 spesimen, Alpha tercatat 45, dan Beta (b-1351) asal Afrika Selatan ada lima spesimen.

Varian baru ini secara umum disebut memiliki daya adaptasi yang lebih kuat, mampu menginfeksi lebih cepat, dan dapat bertahan di tubuh inang yang punya daya tahan lebih kuat, termasuk yang sudah menjalani vaksinasi. Tak heran bila, varian atau strain baru ini bisa mendominasi satu daerah dan varian lama tersingkir.

Ketika Kerajaan Inggris mengalami serangan hebat pada Desember-Januari lalu, varian Beta B-117 ini mula-mula terdeteksi menjadi strain dominan di London. Tapi kemudian, mendominasi di hampir seluruh kawasan di Inggris. Pada Maret, varian ini terdeteksi mendominasi serbuan Covid-19 di Eropa Barat dan Amerika Serikat.

Pada saat yang sama, varian Delta B-1617.2 mulai unjuk gigi di India dan menjadi strain dominan di anak Benua Asia itu. Bahkan pada puncaknya di awal Mei lalu, saat kasus harian infeksi Covid-19 mencapai 400 ribu kasus per hari, varian Delta ini  yang dianggap  jadi biang keroknya. Strain Delta itu hingga kini terus menjadi varian dominan di India, dan telah menyebar ke seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia.

Dari 160 spesimen Delta yang ditemukan di indonesia, sebagian terbesar ada di Jawa Tengah, yakni 80 kasus. Di DKI Jakarta ada 57 kasus, di Jawa Timur 10 kasus (sebagian besar di Bangkalan), dan selebihnya di Kalimantan Tengah (tiga kasus), Banten dua kasus, Jawa Barat satu kasus.

Menkes Budi Gunadi Sadikin tak ragu menyebut varian Delta sudah mendominasi DKI Jakarta dan Jawa Tengah. Tidak tertutup kemungkinan varian ini sudah meluber ke Jabar dan Jatim. Varian Alpha sejauh ini masih lebih banyak beredar di DKI Jakarta, yang mencatat 33 dari 45 kasus secara nasional. Selebihnya ada di Jabar dua kasus, Jatim dua kasus, Sumut dua kasus, Bali satu kasus, Jateng satu kasus, Kepulauan Riau satu kasus, Riau satu kasus, dan Sumatra Selatan satu kasus. Ada pun varian Beta terdeteksi lima kasus di DKI Jakarta dan satu kasus di Bali.

Penyusupan varian baru itu terdeteksi oleh kegiatan surveilans genom Covid-19 yang secara terus-menerus dilakukan Balitbangkes, dibantu 16 lembaga penelitian dan universitas. Sejauh ini tak kurang dari 2.200 spesimen telah diperiksa, dengan metode whole genome sequencing, perunutan genome secara utuh. Rilis terakhir Balitbangkes memang menunjukkan bahwa varian baru itu makin dominan.

Superstrain Delta

Organisasi Kesehatan Dunia WHO membagi varian baru itu menjadi dua kelas, yakni variants of interest (VoI) dan variants of concern (VoC). Sebuah varian baru mendapat predikat VoI bila dia muncul  di satu wilayah dan menjadi dominan dengan menggeser varian sebelumnya. Bisa dipastikan ia punya daya adaptasi lebih tinggi, lebih menular, dan dalam banyak kasus mengakibatkan keparahan yang lebih berat.

Para ahli mengajukan banyak bukti bahwa varian baru sanggup menembus korbannya yang telah  memiliki imunitas cukup tinggi, termasuk yang sudah menerima vaksin, karena sampai batas tertentu ia dapat menghindar dari sistem antibodi korbannya. Bila sudah terdapat data yang valid, varian baru itu punya daya transmisi tinggi, menyebabkan keparahan lebih berat (vurulensi tinggi), menurunkan efikasi vaksin, dan bisa menyebar ke wilayah yang lebih luas.

Sejauh ini bukti yang tersaji belum cukup lengkap, dan dampaknya masih pada lingkup yang  terbatas, varian itu digolongkan sebagai VoI. Namun bila bukti-bukti ilmiah sudah cukup dan varian ini sanggup mengguncang skala pandemi, dia tergolong VOC.

Sejauh ini, WHO baru meregrister empat varian yang tergolong VoC, yakni Varian Alpha B-1117 asal Inggris, Beta B-1351 asal Afrika Selatan, Delta B-1617.2 asal India, dan varian Gamma P-1 asal Brazil. Keempat varian ini telah terbukti sebagai strain yang berbahaya.

Di bawah mereka ada sederet VoI. Rinciannya, adalah varian Epsilon (B-1429 dan B-1427 yang saling berkelindan) asal Amerika Serikat, Eta B-1525 asal Nigeria, Iota B-1526 asal Amerika, Kappa B-1617.1 asal India, Lambda C-37 asal Peru, Theta P-3 asal Filipina, dan Zeta P-2 asal Brazil.

Covid-19 yang berkembang di Indonesia juga  bermutasi dan melahirkan banyak mutan. Mutan yang berhasil tumbuh ialah yang mengalami mutasi dan menghasilkan fenotip (ciri fisik) yang membantu kemampuan adaptasinya. Biasanya, mutasi ini menunjang tumbuhnya “tanduk” baru yang lebih kuat untuk menancap ke kulit sel manusia yang menjadi inangnya. Mutan di Indonesia itu sementara ini disebut sebagai Mutan Bekasi, Jakarta, dan Surabaya, namun tidak cukup kuat untuk masuk golongan VoI versi WHO.

Adaptasi Luar Biasa

Di antara semua VoC dan VoI itu yang sedang menjadi perhatian dunia ialah varian Delta. Ia punya julukan superstrain karena kemampuan adaptasinya yang luar biasa. Daya tularnya 60 persen lebih tinggi dari varian Alpha, atau 2,5 kali kali virus reguler yang ada di Indonesia. Ia juga bisa menyerang orang yang telah divaksin dan menjangkiti kembali para penyintas Covid-19.

Dilaporkan, varian Delta itu kini sedang menggerakkan pandemi gelombang kedua di Afrika Selatan, dan menjadi varian dominan. Dengan vaksinasi yang baru menjangkau 4,5 persen penduduk, dengan 1 persen yang menerima dosis vaksin lengkap, Afrika Selatan adalah sasaran empuk bagi Delta.

Bahkan, varian Delta ini pula yang kini menimbulkan gelombang ketiga Covid-19 di Inggris, yang 90 persen penduduknya sudah divaksin dengan 49 persen menerima dosis lengkap. Kasus harian Covid di sana melonjak dari 2.000-an menjadi 14.000-an dalam sebulan terakhir. Namun, tingkat kematian yang diakibatkan tidak terlalu melonjak.

Kemampuan varian Delta menginfeksi mereka yang divaksin juga terjadi di Indonesia. Lebih dari 400 tenaga kesehatan (nakes) di Kudus, Jawa Tengah, terinfeksi meskipun mereka telah divaksin lengkap Seorang nakes dilaporkan meninggal. Namun, per 25 Juni 2021 dilaporkan 90 persen nakes itu telah kembali sehat, dan  telah kembali bekerja. Vaksin terbukti bisa menjauhkan mereka dari keparahan infeksi yang berat. (*)