Jalur Panjang Evakuasi WNI dari Kabul
Pesawat TNI-AU mengevakuasi 26 WNI, 5 warga Filipina, dan dua warga Afghanistan dari Kabul. Belum ada pengakuan apapun dari Pemerintah RI. Indonesia siap ikut serta dalam upaya damai.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi meluncur ke Bandara Halim Perdanakusuma, pada Sabtu dini hari, 21 Agustus 2021. Bersama sejumlah staf, Menteri Retno Marsudi pun bergabung dengan PanglimaTNI Marsekal Hadi Tjahjanto di ruang VVIP bandara itu. Tidak lama menunggu, kedua pejabat itu pun bergerak ke apron untuk menyambut kedatangan serombongan WNI yang baru dievakuasi dari Kabul, ibu kota dari Afganistan, yang mengalami guncangan politik.
Dengan masker menutup mulut dan hidung, satu demi satu penumpang turun dari tangga pesawat Boeing 737-400 milik TNI-AU itu. Jumlah seluruhnya 26 WNI, lima orang warga negara Filipina, satu orang warga negara Afghanistan yang menjadi lokal staf Kedutaan Besar RI (KBRI) di Kabul dan satu orang pria Afghanistan yang beristerikan perempuan WNI, yang ada dalam rombongan itu pula.
"Dengan rasa syukur yang luar biasa, Alhamdulillah. Pada dini hari ini, warga negara Indonesia dari Afghanistan telah berhasil kita evakuasi, dan telah tiba dengan selamat di Jakarta. Semua evacuee (orang yang dievakuasi,red) dan seluruh tim evakuasi akan langsung menjalani protokol kesehatan sesuai aturan ketibaan dari luar negeri," kata Menteri Retno Marsudi, dalam keterangan pers seusai menyambut kedatangan rombongan WNI itu.
Secara umum, semua evacuee dan tim pengevakuasi dalam keadaan sehat. Hanya ada seorang diplomat yang sedang mengalami gangguan kesehatan, yang oleh Menlu Retno Marsudi dipastikan “non-Covid-19’’.
Keberhasilan evakuasi itu sendiri telah disampaikan ke publik melalui cuitan Twitter Menlu Retno Marsudi, Jumat (20/8/21) pagi, tidak seberapa lama setelah Pesawat Boeing 737-400 milik TNI-AU itu keluar dari Afghanistan. "Pesawat saat ini berada di Islamabad untuk melanjutkan penerbangan ke Indonesia," kata Retno lewat cuitan di akun Twitter-nya itu.
Pesawat TNI-AU itu tak langsung terbang dari Kabul ke Jakarta. Sebagai pesawat militer, yang tak memiliki ijin terbang reguler, Boeing 737-400 yang bercat putih-abu-abu itu harus mengurus lebih dahulu izin melintas wilayah udara di sejumlah negara. Maka, seperti halnya ketika berangkat, tim evakuasi itu harus menempuh rute Kabul–Islamabad (Pakistan)–Karachi (Pakistan)–Kolombo (Sri Lanka) Jakarta–Banda Aceh–Colombo (Sri Lanka)–Indonesia.
Tim penjemput itu harus menempuh perjalanan panjang. Seperti dituturkan Menlu Retno Marsudi kepada wartawan, tim evakuasi bertolak dari Bandara Halim pada Rabu (18/8/2021) pagi sekitar pukul 06.00 WIB. ‘’Briefing terakhir dilakukan 04.50, dan saya secara resmi melepas keberangkatan tim," kata Retno. Maka, pesawat bertolak dari Jakarta lalu transit di Banda Aceh, kemudian ke Colombo, Karachi, dan tiba di Islamabad pada Rabu malam pukul 20.27 waktu setempat.
Retno menyatakan, pesawat penjemput itu memang direncanakan untuk bermalam di Islamabad. Pertimbangannya, jarak penerbangan ke Kabul cukup pendek, sekitar 55 menit. Dengan demikian, pesawat bisa bergerak cepat jika sewaktu-waktu ada konfirmasi tentang slot waktu pendaratan di Bandara Hamid Karzai, Kabul.
Dalam proses evakuasi ini, banyak hal yang harus dilakukan secara paralel. Oleh sebab itu, setelah pesawat lepas landas dari Jakarta, tim yang berada di darat mengurus semua perizinan, termasuk izin lintas udara dan izin mendarat di Kabul. Namun, persoalannya bukan hanya soal penerbangan. Jadwal dan keselamatan evaluasi pun harus dikoordinasikan dengan berbagai pihak. Semua berjalan pararel.
Maka, Menlu Marsudi harus menelpon Menteri Luar Negeri (Menlu) Turki, Menlu Norwegia, pihak Kemenlu Amerika Serikat, Belanda, bahkan ke pemegang orotitas Pakta Pertahanan Atlantik Utara (Nato). ‘’Prosesnya tak mudah dan memerlukan koordinasi yang kuat,’’ kata Retno Marsudi.
Maklum saja, tidak ada pemegang otoritas resmi di Bandara Kabul. Secara de facto, bandara masih dikuasai pasukan AS, Nato, dan Turki.
Slot mendarat mula-mula dijadwalkan Kamis pagi jam 04.10 waktu setempat. Namun, slot tersebut ditarik dan tertunda karena perkembangan di lapangan yang tak kondusif. Pesawat pun diputuskan tetap menunggu di Islamabad. Koordinasi berlanjut dan permintaan pendaratan diulang. Jadwal baru pun datang, yakni Jumat pagi.
Pukul 04.10 pesawat putih-abu-abu TNI-AU itu bertolak dari Islamabad, dan mendarat di Kabul jam 05.17. Boarding yang direncanakan 30 menit molor menjadi hampir dua jam. Setelah semua siap, pesawat dengan semua evacuee bertolak dari Kabul menuju Jakarta, dengan lebih dahulu transit di Islamabad. Dari ibu kota Pakistan itu, Boeing dari Skadron 17 TNI-AU Halim Perdanakusuma itu pun terbang pulang, dengan transit di Karachi, Colombo, dan Banda Aceh, dan tiba di Jakarta Sabtu dini hari.
Berharap Konflik Selesai
Evakuasi WNI itu dilakukan menyusul terjadinya perubahan politik yang drastis di Afghanistan usai penarikan mundur pasukan AS pada 3-4 Agustus lalu. Amerika dan Nato hanya menyisakan ratusan personel militernya di Bandara Kabul. Amerika dan Nato yang menjadi sekutunya tidak berniat lebih jauh terlibat konflik antara kelompok Islam militan Taliban dan pemerintahan kelompok moderat di bawah kepemimpinan Presiden Ashraf Ghani.
Namun dalam waktu 11 hari, Pemerintahan Presiden Ashraf Ghani rontok. Tentara resmi sebanyak 300.000 personel, yang diperkuat satuan komando, praktis tak melakukan perlawanan atas serangan Taliban. Presiden Ashraf Ghani mengungsi ke Uni Emirat Arab. Pemerintahannya pun ambruk. Wakil Presiden Amrullah Saleh menyingkir keluar kota dan menyerukan perlawanan. Kelompok taliban pun mendeklarasikan berdirinya Islamic Emirate of Afghanistan.
Pemerintah RI berhat-hati menanggapi situasi ini. Seperti halnya banyak negara lain, Pemerintah RI tidak buru-buru memberikan pengakuan apapun. Menlu Retno Marsudi hanya berharap agar dapat segera tercipta perdamaian dan stabilitas di Afghanistan.
‘’Indonesia berharap terjadinya proses politik yang inklusif, yang (menjamin) Afgan life, Afgan own, demi kebaikan rakyat Afghanistan,’’ ujar Menlu Retno Marsudi. Ia juga mengharap hak perempuan dihormati. Indonesia berkomitmen ikut menciptakan perdamaian bagi Afghanistan, utamanya lewat upaya pemberdayaan perempuan. (foto Antara*)
Posting Komentar