Untuk mencapai rasio elektrifikasi 100% pada 2022, PLN terus mengupayakan 328 desa di Papua dan Papua Barat segera terlistriki.

Saat ini PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) terus berupaya mengalirkan listrik desa-desa terpencil di Papua dan Papua Barat. Mayoritas desa tersebut akan dilistriki dengan memanfaatkan energi tenaga surya. Diharapkan pada 2022, tidak ada lagi desa di Bumi Cendrawasih tanpa aliran listrik.

"Pemanfaatan energi surya merupakan upaya PLN untuk mendukung percepatan bauran energi baru terbarukan yang ditargetkan pemerintah sebesar 23% di 2025," jelas Direktur Bisnis Regional Sulawesi, Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara PLN Syamsul Huda, belum lama ini.

Di tengah situasi pandemi Covid-19 yang melanda negeri lebih dari setahun ini, PLN tetap berkomitmen untuk terus berupaya maksimal melistriki seluruh desa-desa di Papua dan Papua Barat. Setidaknya dalam setahun terakhir PLN berhasil menenerangi 105 desa di provinsi paling timur Indonesia itu.

Sepanjang 2016-2020 PLN berhasil mengalirkan listrik ke 807 desa dan dinikmati hampir 38 ribu pelanggan. Untuk menghadirkan listrik di 807 desa tersebut PLN mengucurkan investasi hingga Rp2,03 triliun atau setara Rp53,6 juta untuk melistriki setiap pelanggan.

Penambahan jaringan tersebut membuat rasio desa berlistrik di Papua dan Papua Barat meningkat menjadi 95,62%. Kini, total 7.036 desa di Papua dan Papua Barat telah memiliki setrum.

Untuk mencapai rasio elektrifikasi 100% pada tahun 2022, PLN terus mengupayakan 328 desa di Papua dan Papua Barat segera terlistriki. Rencananya, 32 desa menggunakan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Sementara itu, 285 desa juga akan memanfaatkan listrik surya melalui stasiun pengisian energi listrik (SPEL) dan alat penyalur daya listrik (APDAL) atau tabung listrik. Desa-desa tersebut berada di lokasi yang sulit dijangkau dan jauh dari jaringan eksisting.

PLN akan menyediakan tabung listrik sebanyak 20.711 unit untuk 285 desa tersebut. Strategi tersebut khusus untuk wilayah yang jarak satu rumah ke rumah lainnya mencapai 500 meter atau lebih, sehingga tidak mungkin dilakukan perluasan jaringan maupun pembangunan minigrid.

Sedangkan, sisanya sembilan desa akan dipasok melalui perluasan jaringan listrik yang sudah ada. Adapun dua desa lainnya memakai pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) hybrid PLTS dengan memanfaatkan mesin yang ada.

Selain fokus untuk melistriki desa-desa terpencil, PLN juga telah memperkuat sistem kelistrikan untuk Papua dan Papua Barat. Hingga saat ini, daya mampu kedua provinsi tersebut telah mencapai 454 Megawatt (MW) dengan beban puncak sebesar 299 MW. Dengan kondisi yang ada, PLN setempat memiliki cadangan daya sebesar 155 MW yang siap dimaksimalkan.

 

Tiga Strategi

Seperti apa program ketenagalistrikan di tanah Papua? Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jisman Hutajulu mengatakan, pemerintah memiliki tiga strategi melalui pemanfaatan energi terbarukan untuk mewujudkan rasio elektrifikasi 100% di Papua dan Papua Barat.

Kementerian ESDM dalam beberapa tahun terakhir memprioritaskan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) untuk memasok aliran listrik di daerah terdepan, terpencil dan terluar (3T). Pasalnya, membangun jaringan (grid) dari pembangkit ke saluran tegangan rendah di rumah tangga tidak mudah. Kondisi geografis seperti tersebarnya permukiman, daerah pedalaman, pegunungan serta kepulauan.

Oleh karena itu, Kementerian ESDM menyiapkan tiga pilihan strategi tersebut, yakni perluasan jaringan atau grid extension, pembangunan minigrid, dan pembangunan pembangkit energi baru terbarukan lengkap dengan alat penyalur daya listrik (APDAL) serta stasiun pengisian energi listrik (SPEL).

Strategi perluasan jaringan listrik ini cocok dilakukan untuk kawasan desa yang dekat dengan jaringan distribusi eksisting seperti kawasan pesisir Papua dan Papua Barat.

Adapun, strategi pembangunan minigrid dilakukan melalui pembangunan pembangkit dengan memanfaatkan potensi energi baru terbarukan berbasis potensi lokal dan masyarakatnya bermukim secara komunal.

Kemudian, strategi selanjutnya berupa pembangunan pembangkit energi baru terbarukan lengkap dengan APDAL dan SPEL untuk menerangi desa di kawasan perbukitan yang pemukiman masyarakatnya masih tersebar.

"Program ini untuk melistriki desa belum berlistrik yang masyarakatnya bermukim tersebar atau scattered, sehingga tidak dimungkinkan dibangun jaringan listrik maupun minigrid," kata Jisman Hutajulu.

Sebagai turunannya, PT PLN telah menyusun peta jalan pengembangan listrik pedesaan untuk pencapaian target rasio elektrifikasi nasional 100% pada 2022.

Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2029, pemerintah menekankan agar rumah tangga yang tersambung listrik melalui swadaya masyarakat, pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan program lampu tenaga surya hemat energi (LTSHE) bisa beralih menjadi pelanggan PLN.

Guna mencapai target elektrifikasi 100% yang ditargetkan tercapai seluruhnya pada tahun 2022, Kementerian ESDM menyampaikan sejumlah langkah dibutuhkan. Antara lain, penguatan modal PT PLN sekitar Rp12,02 triliun. (*)