Bioplastik Singkong, Solusi Limbah Ramah Lingkungan
Malang - Salah satu limbah rumah tangga yang sulit untuk diatasi adalah popok sekali pakai. Banyaknya popok bekas pakai yang dibuang ditambah dengan kebiasaan membungkus popok dengan plastik mengakibatkan panjangnya waktu degradasi menjadi dua kali lipat. Hal ini yang mendasari dibuatnya plastik organik yang ramah lingkungan dan cepat terurai.
Alat ini dirancang oleh lima mahasiswa lintas fakultas di Universitas Brawijaya. Nandagesta Aurelia Shafa Wagmi (FMIPA), Arifah Ramadhani Azzah (FMIPA), Alifia Zahra (FTP), Sabrina Sekar Syalsabillah (FPIK), dan Sayyidati Nurmuthi’ah (FP) memproduksi bioplastik yang dapat mendegradasi limbah popok yang dibungkus dengan mengintegrasikan bakteri endogenous mealworm, bertajuk “Biodegradasibilitas Polyethylene pada Popok Bayi terhadap Isolat Bakteri Endogenous Mealworm dengan Pemodelan Degradasi pada Kondisi Lingkungan.”
“Setidaknya ada 450 miliar limbah popok di tempat pembuangan sampah. Kondisi ini terus bertambah ke tempat pembuangan sampah di seluruh negeri setiap tahunnya. Jika ini terus terjadi pada generasi penerus kita, apa yang akan terjadi pada bumi? Inilah saatnya, kita sebagai generasi muda beraksi dan menyelamatkan dunia,” kata Ketua Tim, Nandagesta pada Kamis (9/9/2021).
Menurutnya, pemakaian popok di Indonesia umumnya dilakukan sampai bayi berumur 3-4 tahun, dengan pemakaian 3-6 popok per hari. Padahal, jumlah anak usia 0-4 tahun di Indonesia sekitar 24 juta, hal ini mengakibatkan sampah popok bayi menempati urutan ketiga terbesar di TPA. Kebiasaan membungkus popok dengan kantong plastik juga memperlambat proses degradasi limbah, karena terdapat lapisan polietilen yang sulit diurai.
“Dapat dibayangkan, betapa panjangnya waktu degradasi popok bayi apabila popok yang sudah terlapisi polietilen masih dibungkus lagi dengan kantong plastik polietilen. Degradasi popok yang terbungkus kantong plastik ini justru dapat menjadi lebih lama dua kali lipat,” sambungnya.
Lamanya proses penguraian ini dikarenakan tidak ditemukannya bakteri yang mampu mendegradasi PE di TPS. Bakteri ini, imbuh Nandagesta, hanya ditemukan pada mealworm. Mealworm telah terbukti mampu mendegradasi PE dan bertahan hidup hanya dari memakan PE. Hal ini tentunya membuka pintu baru untuk memecahkan masalah polusi plastik global. Namun meski dalam realitanya, mealworm lebih memilih memakan makanan alami mereka daripada plastik PE.
Bioplastik yang digunakan untuk membungkus limbah popok bayi terbuat dari limbah singkong yang diintegrasikan dengan bakteri endogenous mealworm yang diketahui mampu mendegradasi PE. Sehingga limbah popok yang terbungkus di dalam bioplastik dapat terdegradasi dalam waktu yang sangat singkat. Dengan menggunakan bioplastik inovasi kelima mahasiswa ini, popok yang seharusnya baru dapat terdegradasi selama 250-500 tahun akan dapat terdegradasi hanya dalam waktu dua bulan.
Keberhasilan penelitian ini dalam pendegradasian plastik menggunakan isolat bakteri endogenous mealworm diharapkan dapat menjadi edukasi bagi masyarakat terhadap solusi limbah plastik terutama popok bayi. Program penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan bagi pelaku yang bergerak dibidang plastik untuk dapat meningkatkan nilai jual dengan menggunakan teknologi yang dicetuskan ini. (InfoPublik)
Posting Komentar