Kurangi Minyak, Pemerintah Optimalkan Energi Alternatif
Jakarta - Pemerintah akan mengoptimalkan pemanfaatan sumber energi alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap minyak dan bahan bakar.
Selain itu, penggunaan energi fosil masih mendominasi bauran energi primer, meski memiliki potensi yang berlimpah dari energi baru terbarukan (EBT).
Hal itu disampaikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, melalui keterangan tertulis dalam webinar "Indonesia Energy Transition Dialogue 2021", Senin (20/9/2021).
Arifin mengatakan, konsumsi minyak di dalam negeri lebih tinggi dibandingkan kapasitas produksinya sehingga mengakibatkan peningkatan impor minyak dan defisit neraca perdagangan.
"Energi fosil masih mendominasi produksi energi dengan memasok sekitar 90 persen kebutuhan produksi energi di Tanah Air," ujar Arifin.
Arifin mengatakan, konsumsi minyak di dalam negeri lebih tinggi dibandingkan kapasitas produksinya sehingga mengakibatkan peningkatan impor minyak dan defisit neraca perdagangan.
"Energi fosil masih mendominasi produksi energi dengan memasok sekitar 90 persen kebutuhan produksi energi di Tanah Air," ujar Arifin.
Sementara itu, EBT hanya berkontribusi sebesar 11,2 persen terhadap bauran energi nasional, dan baru dimanfaatkan 2,6 persen dari total potensi yang ada.
Guna mendorong optimalisasi EBT, kata Arifin, Kementerian ESDM menerapkan sejumlah kebijakan di antaranya penghentian secara bertahap operasional Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara, dalam rangka menuju target net zero emission atau netral karbon.
Menurutnya, pemerintah juga tengah melakukan pengembangan EBT secara masif serta pengembangan interkoneksi super grid. Hal ini dilakukan untuk memberikan efisiensi dari pelaksanaan konservasi energi.
"Kapasitas pembangkit listrik EBT dapat optimal bila didukung interkoneksi super grid yang memungkinkan menyalurkan tenaga listrik dan menghubungkan antara permintaan dan sumber daya EBT," urainya.
Arifin menegaskan pemerintah berkomitmen untuk melakukan transformasi energi, dan dekarbonisasi melalui optimalisasi EBT. (Foto: ANTARA)
Guna mendorong optimalisasi EBT, kata Arifin, Kementerian ESDM menerapkan sejumlah kebijakan di antaranya penghentian secara bertahap operasional Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara, dalam rangka menuju target net zero emission atau netral karbon.
Menurutnya, pemerintah juga tengah melakukan pengembangan EBT secara masif serta pengembangan interkoneksi super grid. Hal ini dilakukan untuk memberikan efisiensi dari pelaksanaan konservasi energi.
"Kapasitas pembangkit listrik EBT dapat optimal bila didukung interkoneksi super grid yang memungkinkan menyalurkan tenaga listrik dan menghubungkan antara permintaan dan sumber daya EBT," urainya.
Arifin menegaskan pemerintah berkomitmen untuk melakukan transformasi energi, dan dekarbonisasi melalui optimalisasi EBT. (Foto: ANTARA)
Posting Komentar